Sabtu, 8 oktober 2016.
Cuaca mendung dan waktu yang tepat untuk berjalan-jalan karena tidak terlalu terik, sekaligus Wisata Ria pertama mengadakan sebuah kegiatan di salah satu gedung bioskop yang cukup populer dijamannya, Buaran Theater ; Butet.
Buaran Theater adalah salah satu bioskop yang berada di Jakarta Timur tepatnya di Jl. Buaran Indah Raya no 1-2 Jakarta Timur. Bioskop ini kini berusia 27 tahun semenjak pertama kali diresmikan tahun 1989. Bioskop ini menjadi spot berkumpul muda-mudi jakarta timur dan sekitarnya, ketika itu harga karcis masih terjangkau saku mereka.
Cuaca mendung dan waktu yang tepat untuk berjalan-jalan karena tidak terlalu terik, sekaligus Wisata Ria pertama mengadakan sebuah kegiatan di salah satu gedung bioskop yang cukup populer dijamannya, Buaran Theater ; Butet.
Buaran Theater adalah salah satu bioskop yang berada di Jakarta Timur tepatnya di Jl. Buaran Indah Raya no 1-2 Jakarta Timur. Bioskop ini kini berusia 27 tahun semenjak pertama kali diresmikan tahun 1989. Bioskop ini menjadi spot berkumpul muda-mudi jakarta timur dan sekitarnya, ketika itu harga karcis masih terjangkau saku mereka.
Saya tiba di Buaran theater 10.30, memang sengaja berangkat lebih awal karena sekalian mencari sarapan dulu sebelum memulai Wisata Ria. Melanjutkan langkah ke Buaran plaza mencari sarapan, setelah itu waktu sudah menunjukan pukul 11.05, sekaligus berjalan ke Butet, saya tertarik mengabadikan bentuk bangunan ini dari sisi samping luar gedung, terlihat usang dan masih kokoh. Mendengar berbagai cerita dari orang-orang yang saya temui, mereka bercerita memang tak banyak perubahan atau perombakan dari gedung bioskop ini, ya seperti ini dari dulu.
Sesampainya di Buaran theatre, beberapa teman-teman yang memang konfirmasi ikut dalam kegiatan Wisataria satu persatu mulai berdatangan, memang sengaja acara ini dibuat lebih cepat satu jam agar kita bisa berbincang-bincang saling tukar cerita. Memasuki Lobi bioskop, saya sendiri masih kagum dengan settingan kursi yang melingkar, poster-poster film yang masih tertempel di tiap pilar-pilar gedung, loket bioskop yang masih terawat, 4 Studio yang aktif menayangkan film. Perbincangan pun dimulai dengan pengalaman-pengalaman tiap orang dengan masa lalunya yang tak jauh dari bioskop, setelah perbincangan tentang pengalaman, teman-teman berdiskusi hendak menonton film apa, dan ternyata yang dipilih film 50/50 dengan pemain Joseph Gordon, memang sih sebelumnya buat saya sendiri sudah pernah menonton film itu, namun kesempatan langka nonton di bioskop lagi dan format film tersebut 35mm itu memberikan kesan yang berbeda. Yang menarik selain dari bangunannya, bioskop buaran masih menjalankan peraturan dimana penonton baru dapat membeli karcis 15 menit sebelum pemutaran film, menurut saya tradisi ini memang perlu di lestarikan karena mengajarkan kita untuk tepat waktu dalam hal apapun.
Seorang portir menunggu calon penonton di studio buaran 3, bapak tua ini dengan ramah menyapa sambil merobek karcis dan mempersilahkan masuk. Dengan badan yang terlihat cukup segar, bapak ini berjaga di depan pintu sampai film mulai diputar dan tidak ada penonton lagi yang akan masuk.
Akhirnya saya dan teman-teman wisataria memasuki studio buaran 2, dan first impressions saya ketika masuk studio ini adalah takjub, studio ini masih terawat, tidak terlalu buruk untuk gedung yang sudah berusia 27 tahun. Mungkin memang pernah mungkin perawatan dan perombakan, tapi ini cukup nyaman. Kursi tidak terlalu keras karena ada bantalan sofa, lalu AC memang tidak terasa satu ruangan dan inilah yang saya cari. Film mulai dimainkan, dan pendar dari cahaya proyektorpun semakin lama semakin terang, gambar khas film 35mm mulai terasa ketika ada scratch dan dust di gambar, lalu saya dan Anggun mulai berdiskusi, tadinya dia menerka-nerka bahwa film 50/50 adalah film digital, lama kelamaan kita saling berdiskusi dan meyakini bahwa film 50/50 ini adalah film 35mm.
Kita mendengar suara aneh setiap 10 menitan, suara itu mengarah di sisi belakang penonton tepatnya di ruang proyektor, nah benar dugaan saya dan anggun, suara itu adalah perpindahan reel dimana reel selanjutnya mulai dimainkan. Rasa penasaran dengan ruang proyektor semakin mengebu. Yang menarik juga kita mendapati ada cleaning service yang tidur di kursi barisan paling depan, ada bapak-bapak yang membangunkan orang tersebut biar pindah di studio sebelah atau pindah tempat, bapak-bapak itupun meminta maaf kepada kami mungkin takut menganggu kenyamanan, tapi kami pikir inilah bioskop mandiri," ya sudahlah pak gakpapa, mungkin masnya kecapean" jawab kami.
Kita mendengar suara aneh setiap 10 menitan, suara itu mengarah di sisi belakang penonton tepatnya di ruang proyektor, nah benar dugaan saya dan anggun, suara itu adalah perpindahan reel dimana reel selanjutnya mulai dimainkan. Rasa penasaran dengan ruang proyektor semakin mengebu. Yang menarik juga kita mendapati ada cleaning service yang tidur di kursi barisan paling depan, ada bapak-bapak yang membangunkan orang tersebut biar pindah di studio sebelah atau pindah tempat, bapak-bapak itupun meminta maaf kepada kami mungkin takut menganggu kenyamanan, tapi kami pikir inilah bioskop mandiri," ya sudahlah pak gakpapa, mungkin masnya kecapean" jawab kami.
Setelah selesai pemutaran, kami melihat bapak berbaju biru ini berdiri di sisi belakang gedung, bapak ini dikenal dengan nama pak Wid, beliau adalah manajer bioskop Buaran. Kami sempat mengobrol dengan pak Wid, selain berterima kasih kami bisa menonton di Butet, kami juga mencoba minta izin untuk menengok ruangan ajaib dari gedung ini, yak ruang proyeksionis. Beliau memang memberitahu kami bahwa yang dapat masuk terbatas, beliau hanya memperbolehkan 2-3 orang saja yang masuk. Akhirnya kami melangkahkan kaki di tangga besi belakang gedung naik ke lantai 2 dimana ruang ajaib itu berada. Kami dibuat terkejut dengan ruang proyektor ini, dimana hanya sebatas lorong panjang dan benda besar gagah yang menghadap ke dinding.
Dari izin pak Wid, kami disuruh bertemu dengan pak Agus, beliau adalah proyeksionis senior atau orang yang bertanggung jawab di ruangan proyektor. Beliau menyapa dengan hangat kedatangan kami, cukup ramah dan menyenangkan. Beliau bercerita banyak tentang gedung ini, dan pengalaman-pengalaman dari pertama kali bekerja disini. Banyak informasi yang ternyata cukup mengejutkan saya, namun saya akan membaginya nanti pada waktu yang tepat. Menyenangkan melihat sebuah ruangan sederhana yang didalamnya terdapat 8 Buah Proyektor 35mm dimana digunakan untuk menyoroti 4 studio.
Cukup terkesima dengan tempat ini, terima kasih untuk teman-teman Wisataria #1 yang sudah pada datang, dan semoga kita bisa bersama-sama lagi di lain kesempatan. jangan lupa check instagram WisataRia untuk update-an terbaru mengenai kapan dan dimana kita akan bersuka Riariaria bersama lagi. Dan ini adalah sedikit cuplikan wisata ria perdana di Buaran theatre.